Iblis Pun Ber LOA

Sejak beberapa waktu belakangan ini - terutama sejak beredarnya buku-buku best sellers: The Secret, The Law of Atraction (LOA), The Quantum Ikhlas, yang kesemuanya bisa dimampatkan kedalam topik tentang serba serbi pemanfaatan the LOA – milis dzikrullah yang kita cintai ini telah kebanjiran ulasan-ulasan tentang fenomena LOA ini.
Ada yang bertanya-tanya dengan penuh penasaran dan bahkan selalu ingin bertanya, ada yang menjelaskannya dengan sangat bersemangat (bravo untuk pak Adhi Susilo), ada juga yang masih terbengong-bengong mengamati serbuan informasi dan testimony dari berbagai bahan bacaan. Ada yang kemudian menyangkutnya pula dengan Plurarisme, dan sebagainya. Rame sekali…, tapi ya ndak apa-apa…, otak kita harus ramai memang biar otak kita tersebut berfungsi.


Sebelum saya ikut serta menyedekahkan fikiran saya, terlebih dahulu saya ucapkan selamat hari raya idul fitri 1428 H, mohon maaf lahir dan batin buat semua peserta milis dzikrullah ini. Bagaimana kabar Abang-abang dan Uni-Uni: John Bandempo, Doddy Ide, Fajar Buana, Kobink, M Husaini, Rita Maria, Aziz Fajar, I-ONE, Sadi Harjo, Abu Robert, Mardibros, dan lain-lain. Pokoknya semua…
Marilah kita semuanya selalu menyiapkan otak kita untuk menerima informasi-informasi baru dari berbagai sumber yang telah diatur oleh Allah sedemikian rupa. Karena Allah selalu akan mengalirkan ilmu baru-Nya setiap saat melalui orang-orang yang mau menyiapkan otaknya dipakai oleh Allah untuk mengalirkan ilmu-Nya buat orang lain yang juga bersedia membuka otaknya untuk menerima ilmu tersebut.
Ilmu Allah yang diturunkan-Nya buat seluruh umat manusia ini selalu akan di update sehingga selalu pula up to date di setiap saat. Ilmu Allah tidak akan pernah obsolet. Dan Dia akan selalu mengalirkan KEBARUAN ilmu dan pemahaman disetiap nafas yang mengalir. Oleh sebab itu janganlah kita coba-coba untuk menahan aliran ilmu Allah itu dengan ilmu kita yang cetek ini. Karena pastilah kita akan keteteran. Dan anehnya, setiap kebaruan itu, berapa pun barunya, masih sangat bisa dilihat melalui ‘kacamata’ Al Qur’an.
Kalaupun kita belum mengerti dengan kebaruan ilmu itu, kita simpan dulu sebagai bahan perenungan kita untuk nanti kita tanyakan kepada Allah saat kita berduaan saja dengan Allah. Kita omongin ke Allah: “Ya Allah kok saya belum mengerti tentang ilmu yang tadi itu. Mohon tuntun ya Allah otak saya untuk bisa memahaminya, mohon ya Allah agar dada saya bisa menyerap suasana yang dimaksud oleh ilmu itu…”. Dan kemudian kita tinggal menanti saja, diam, hening, WUQUF, sampai kita dipahamkan-Nya. Insyaallah, tidak akan butuh waktu yang lama…, akan ada AHA…, OOO…, dan kita tinggal menikmatinya saja lagi…

Berbicara sedikit tentang the Law of Atraction, sebenarnya dapat dikatakan bahwa The Law of Atraction itu adalah salah satu dari sekian banyak hukum Allah yang ada dimuka bumi ini. Hukum-hukum Allah yang lain yang sudah dikenal orang misalnya adalah: Hukum Kekekalan Energi, Hukum Getaran, Hukum Polaritas, Hukum Irama, Hukum Pilihan Bebas, Hukum Aksi, Hukum Atraksi, Hukum Relativitas, Hukum Sebab Akibat, Hukum “karma”, Hukum Balas Jasa, Hukum Ketertarikan (Law of Attraction), Hukum Ganti-Rugi, Hukum Kebijaksanaan, Hukum “Reinkarnasi”, Hukum Keselarasan, Hukum Pelayanan, Hukum Kasih Tanpa Syarat, Hukum Kelimpahan, Hukum Evolusi, Hukum Kesesuaian, Hukum Gender (Yin Yang), Hukum Kesatuan, Hukum Tingkatan Keilahian, dan sebagainya… Dan anehnya semua pemahaman tentang hukum-hukum itu datangnya dari umat yang dikatakan bukan beragama islam, tapi tanpa mereka sadari mereka mampu bersikap islami (fitrah).
Sementara kita yang mengaku sebagai umat Islam ini masih saja berkutat dengan hukum-hukum dosa dan pahala, hukum neraka dan syurga. Dan untuk memahaminyapun kita masih saja menempelkan otak kita kepada tafsiran-tafsiran ulama masa lalu yang kadangkala kalau kita baca sekarang ini agak membuat kening kita berkerut marut. Otak kita berhenti di pemikiran ulama masa lalu. Begitu otak kita kita tempelkan dengan buku-buku masa lalu itu, maka otomatis kita akan berada di masa lalu pula. Otak kita tidak akan bergerak menjamah waktu sekarang, apalagi merengkuh waktu yang akan datang. Ada memang usaha kita merambah masa depan, tapi jangkauan waktunya masih sangat terlalu jauh, yaitu waktu diakhirat nanti. Jangkauan pikiran kita selalu berharap akan nikmat syurga yang nun jauh disana, sehingga hampir-hampir saja kita lupa dengan kehidupan kita saat ini. Kita jadi lupa berkarya untuk diri kita saat ini dan masa depan anak cucu kita. Kita nyaris menjadi manusia tanpa peran di zaman kita ini untuk membangun peradaban kita sendiri.
Akibatnya, jangan salahkan kalau Allah kalau Dia lalu memakai OTAK umat yang lainnya, selain Islam, untuk mengalirkan segenap ilmu-Nya yang baru sebagai bekal untuk melengkapi kebutuhan membangun peradaban umat manusia itu sendiri. Kita jadinya melongo terus dan terus melongo, atau paling banter kita masih mau menjadi pengekor saja dibelakang walau dengan agak malu-malu kucing…

IBLIS dengan LOA nya…

Suatu ketika, tatkala iblis bengong dan iri dengan bentuk Adam dihadapannya, sehingga dia tidak mau tunduk dan patuh atas perintah Allah agar dia sujud kepada Adam. Dipuncak kepenasarannya dia langsung protes menghadap kepada Allah dan menyampaikan “permintaannya” kepada Allah: Ya Rabbi, “demi Kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka kecuali hamba-hambaMu yang MUKHLISH diantara mereka (As Shaad 82-83)”. Dan…, ternyata Allah mengabulkan permintaan si iblis tersebut bahkan untuk jangka waktu sedemikian lamanya. Sampai akhir dunia ini bergerak. Kiamat.

Lalu apanya yang aneh dengan The Law of Attraction itu ??. Wong iblis saja yang notabene tidak patuh kepada Allah, namun permintaannya, do’anya, kenginannya tetap saja dikabulkan oleh Allah. Ndak aneh toh LOA itu, karena ini hanyalah kata lain dari proses pengkabulan atas apa-apa yang kita pikirkan atau inginkan?.

Begitu juga dengan do’a-do’a jutaan manusia lainnya. Allah akan kabulkan do’a itu selama si manusia itu YAKIN bahwa do’anya akan dikabulkan oleh “SESUATU” yang melampaui dirinya sendiri. Artinya saat berdo’a itu si manusia berada dalam kesadaran atas ketidakmampuan dirinya sendiri untuk mendapatkan apa-apa yang dia inginkan itu. Bahwa dia yakin atas adanya “aktivitas lain” yang akan mengantarkan apa-apa yang dia inginkan itu kepadanya. Hatta dalam memahami akan hakekat dari sesuatu itu umat manusia itu masih tersasar-sasar kemana-mana (belum tepat menghadap ke Wajah-Nya), namun Allah akan tetap saja mengabulkan doanya tanpa pandang bulu. Itulah kehebatan Allah yang tiada tandingannya…!. Karena Allah memang sudah menyatakan dengan tegas bahwa: ud’uni astajib lakum..., fadzkuruni adzkurkum..., terjemahan bebasnya: ”Berdoalah kepada-Ku, pasti Ku kabulkan, Ingatlah Aku dengan ingatanmu yang bagaimanapun juga, Akupun akan balas ingat kamu itu seperti ingatmu kepada-Ku itu”.
Malah rasanya sangat aneh kalau kita yang mengaku-ngaku sebagai umat Islam ini, jarang sekali kalau tidak mau dikatakan tidak pernah merasa yakin atas pengkabulan do’a-do’a yang kita lantunkan sehari-hari saat ini juga. Ya salah kita sendiri toh …?. Nggak YAKIN (IMAN) sih…!. NGGAK IMAN itu kan bahasa lain dari KAFIR ya ??. Atau paling tidak kita ragu-ragu terhadap Allah. RAGU-RAGU itu kan nama lain dari MUNAFIK ya nggak..?. He he he kok kaget …?


Penyebab keraguan kita itu apa ?...

Pertama, kita ragu-ragu terus atas pengkabulan Tuhan terhadap do’a-do’a yang kita lantunkan karena memang ada ilmunya yang terus kita pelihara. ILMU RAGU-RAGU. Dikabulkan Allah nggak sih do’a saya ini?. Atau baik nggak sih apa yang saya do’akan ini bagi saya?. Ditambah lagi dengan adanya ajaran yang disampaikan kepada kita selama ini bahwa kalau Allah tidak atau belum mengabulkan do’a kita didunia ini, maka kita diminta untuk yakin bahwa barangkali do’a kita itu memang tidak baik untuk kita nikmati di dunia ini, dan pastilah permintaan kta itu akan diganti oleh Allah dengan yang lebih baik di AKHIRAT kelak. Sehingga akhirnya dalam setiap do’a kita, muncul sedikit keraguan didalam diri kita atas pengkabulannya oleh Allah. Dikabulkan Allah nggak ya??.
Padahal begitu kita ragu, maka Allah pasti akan ragu pula dengan kita. Itulah sebabnya Allah di panggil juga dengan panggilan Al Mukmin. Dzat Yang Maha Yakin. Dzat Yang Tidak Boleh Diragukan Atas Keberadaan-Nya dan Atas Aktivitas Pengkabulan-Nya. Dan…, begitu kita berada dalam posisi YAKIN PENUH kepada Allah, YAKIN PENUH akan pengkabulan Allah atas do’a-do’a kita, maka kita juga akan di panggil oleh Allah sebagai Mukminin, Si Yakin.
Jadi begitu kita datangi Allah dengan rasa ingat (dzikir) kita dalam posisi sebagai si YAKIN, si MUKMIN, maka Allah akan menyambut rasa ingat kita itu dengan Rasa Ingat-Nya (Dzikir-Nya) sebagai AL MUKMIN, SANG MAHA YAKIN. Tegasnya, tugas kita ini sederhana saja sebenarnya, yaitu datangilah Allah dengan rasa ingat kita sebagai Mukminin, Si Yakin. Itu saja kok. Titik.
Dan selanjutnya adalah AKTIVITAS ALLAH. Maka seketika itu juga Allah akan menyambut rasa ingat kita itu dengan Rasa Ingat-Nya sebagai Al Mukmin, Sang Maha Yakin. Itu pasti. Dan kita tidak usah pikirkan bagaimana cara Allah menyambut rasa ingat kita itu dengan Rasa Ingat-Nya. Ini adalah hak Prerogatif Allah.
Jadi…, fadzkuruni..., datangilah Allah dengan rasa ingat kita sebagai Mukminin, Si Yakin, maka adzkurkum..., Allah akan mendatangi kita pula dengan Rasa Ingat-Nya sebagai Al Mukmin, Sang Maha Yakin.
Ssst…, let me tell you, sebenarnya Rasa Ingat Allah itu jauh melampau rasa ingat kita kepada-Nya. Saat kita datangi Allah dengan rasa ingat kita walau hanya sejengkal, maka Allah akan menyambutnya dengan Rasa Ingat-Nya dengan sehasta. Saat kita berjalan membawa rasa ingat kita kepada-Nya, maka Dia akan berlari membawa Rasa Ingat-Nya kepada kita. Artinya, sebenarnya (hakikinya) rasa ingat kita kepada-Nya itu adalah DITAROK, DISUSUPKAN, DIALIRKAN oleh Allah sendiri kedalam DADA kita. Dan aliran itu tidak akan pernah berhenti kalau kita tidak menghentikannya dengan penghalang-penghalang (HIJAB) yang kita buat sendiri. Lain kali akan kita bahas tentang hijab-hijab ini.
Kedua, kita tidak pernah Fokus serta Detail dalam berdo’a kepada Allah. Do’a kita begitu UMUM. Misalnya, kita minta kebaikan didunia ini, dan kebaikan pula diakhirat kelak, tanpa pernah kita detailkan kebaikan dunia macam apa yang kita inginkan itu. Barangkali Allah sendiripun “bertanya-tanya” atas doa-doa kita itu:
“Kau ini minta apa sebenarnya wahai hamba-Ku??. Ayo perjelas, ayo detailkan do’amu itu tentang wujud, jumlah dan kapan waktu dibutuhkan atas apa yang kau do’akan itu. Akulah yang akan mengabulkan do’amu itu. Aku akan kirim Keadaan (Hal), Orang-Orang, Situasi-Situasi, Peristiwa-Peristiwa, Kesempatan-Kesempatan yang harus kau amati dan tangkap terus disetiap saat. Karena dengan cara itulah Aku akan mengabulkan do’amu itu”.
Dan tidak jarang pula do’a kita itu begitu panjangnya sampai-sampai kita sendiri jadi bengong, bahwa sebenarnya yang kita inginkan dan mintakan kepada Allah itu itu apa sih?.

Catatan kecil:

Alhamdulillah bulan puasa kemaren ini (1428 H) saya umroh di 10 hari terakhir ramadhan. Do’a imam dalam witir dimalam 27 ramadhan begitu panjangnya. Dan banyak pula makmum yang menangis mengamininya, terutama saat imam juga menangis dalam berdo’a itu. Sepuluh tahun yang lalu, saat saya umroh ramadhan sebulan penuh, saya masih bisa menangis pula saat mendengarkan imam menangis dalam berdo’a. Tapi kemaren itu kok saya nggak bisa menangis lagi saat mendengarkan imam menangis dalam berdo’a itu ya ?. Pada saatnya nanti akan saya tulis juga sedikit pengalaman saya dalam berumroh ramadhan ini. Karena didalamnya ada suasana Mengupas Dinding Ka’bah; bermihrab di Gua Hiro (malam 27 Ramadhan); Pengajaran “Ana khairuminhu”; Didudukkan Dipinggiran Raudah; Shalawat (bukan) di makam Nabi; Deer di 1 Syawal 1428 H; Apa yang kau kejar wahai hamba-hamba-Ku?; Inikah peradaban Islam yang diinginkan Allah?.

Ketiga, kita jarang sekali menyerahkan, mendekatkan, menghantarkan (QURBAN) muatan atau suasana isi do’a kita itu kepada Allah. Kita jarang sekali merentangkan tangan kita untuk menghantarkan muatan do’a kita kepada Allah sampai isi dari do’a kita itu berpindah dari tangan kita ke tangan Allah. Padahal saat itu kita sedang meminta sesuatu kepada-Nya. Sebenarnya saat itu kita sedang menyerahkan sesuatu kepada Allah. “Ini do’a saya ya Allah…”. Tinggal kita Berikan…!, berikan…!, berikan…!, sampai tangan dan dada kita, tidak digandoli lagi oleh muatan do’a kita itu.

Keempat, Begitu selesai berdo’a kita jarang sekali merasakan kebahagiaan, hampir tidak pernah dada kita ini menjadi lapang, luas dan ringan setelah kita berdo’a itu. Kita belum bisa merasakan bahwa saat itu juga do’a kita itu sebenarnya sudah dikabulkan Allah. Karena bagi Allah tidak ada pembagian waktu seperti waktu kita. Bagi Allah tidak ada waktu lalu, waktu sekarang dan waktu yang akan datang. Yang ada adalah SAAT INI. Sehingga kita tidak pernah menyiapkan otak dan dada kita untuk merasakan sudah terkabulnya do’a kita itu. Sehingga kitapun tidak pernah benar-benar bersyukur kepada Allah setelah kita menyampaikan do’a kita itu kepada Allah. Kita tidak pernah berterima kasih dengan tulus kepada Allah setelah berdo’a. Kita selalu hanya mau berterima kasih setelah do’a kita itu terwujud didepan mata kita. Kita seakan-akan tidak akan pernah menghantarkan rasa terima kasih kita kepada Allah kalau isi do’a kita itu belum dikabulkan oleh Allah. Selanjutnya kita malah sibuk mengatur PIKIRAN ALLAH dalam mengabulkan do’a kita itu. Kita tidak mau IQRA’, membaca PIKIRAN ALLAH. Duh…, betapa sombongnya kita ini memang.

Mau coba…?.
Nah…, agar kita umat islam ini tidak penasaran terus, atau siapapun juga sebenarnya boleh melakukannya, cobalah proses berdo’a berikut ini dengan rileks.

Duduklah dengan tenang dan rileks. Boleh bersimpuh ataupun bersila, atau berdiripun boleh juga:

• MENGHADAPLAH ke WAJAH ALLAH…, atau keliru-keliru sedikit maupun banyak sekalipun dalam memahami Wajah Allah ini tidak masalah yang besar kalau hanya sekedar untuk berdo’a meminta sesuatu seperti ini. Mau menghadap ke alam kek, mau mengarah ke semesta kek, mau dzikir ke pikiran universal kek, mau mi’raj ke pikiran bahwah sadar kek, disini nggak ada masalah sedikitpun.

Cuma bagi siapapun yang mau meningkatkan kesadarannya, ingatlah bahwa: saat itu juga sebenarnya Allah tengah mewanti-wanti dan berkata dengan TEGAS kepada kita: “Wahai Hamba-Ku, semua yang kau sebut itu tadi sebenarnya adalah milik-Ku, maka seyogyanya hanya kepada Aku sajalah kau seharus menghadap. Demi kebaikanmu, jangan keliru sedikitpun juga wahai Hamba-Ku…!.

• MENCIPTA DO’A: Mulailah membuat sebuah do’a yang detail. Pikirkan bentuk dari apa yang kita do’akan itu, misalnya sebuah rumah. Visualkan, berapa ruangannya, bagaimana tata letaknya, kemudian buat gambarnya dalam sebuah kertas lengkap dengan taman, instalasi air dan listriknya. Jadi visualkan, perjelas dan detailkan HASIL AKHIR yang kita inginkan.

• MEMINTA, QURBAN: Setelah detail, angkat tangan kita seperti berdo’a, rasakan dikedua telapak tangan kita muatan doa itu mengalir dan menggumpal. Angkat terus tangan kita itu keatas dan dan lepaskanlah isi muatan doa’ kita itu dari telapak tangan kita menuju ke ketidakterbatasan (bagi yang ingin meningkatkan kesadarannya serahkanlah muatan do’a itu kepada PEMILIK Ketidakterbatasan itu). Penyerahan itu SEKALI saja cukup.

• IMAN, YAKIN: Untuk masalah iman atau yakin ini, dengan hanya sekedar memotivasi (memaksa) diri kita bahwa apa yang kita inginkan itu Sudah dikabulkan dan Sudah menjadi milik kita saja sudah cukup sebenarnya. Percaya seperti ini bisa dimiliki oleh siapun juga. Orang yang tidak beragamapun bisa mendapatkan keyakinan akan adanya proses pengkabulan do’a ini. Sebab implikasi dari iman seperti ini tidaklah terlalu besar sebenarnya. Inilah yang disebut dengan pikiran iman. Iman yang dipikir-pikir, iman yang dikira-kira.
Akan tetapi ada iman atau yakin yang datangnya langsung dari Allah. Iman itu dialirkan, dicurahkan, ditarok langsung oleh Allah kedalam dada kita. Dada kita bergetar, otak kita berosilasi, seluruh jaringan otot, syaraf, kelenjer-kelenjer hormon kita bergerak menuju keharmonisan iman. Iman yang seperti ini disebut juga dengan rasa iman yang ditarok Allah. Dan implikasinya sangatlah besar. Karena dalam iman seperti akan ada penghormatan, akan ada penghambaan, akan ada penyembahan, akan ada ketersungkuran, akan ada kepatuhan, akan ada pemujaan dan pemujian, akan ada rukuk dan sujud, akan ada persaksian (syahadah) kedapa Wujud-Nya. Allah…!. Dan disinilah sebenarnya ketinggian ajaran islam dibandingkan dengan ajaran-ajaran lainnya. Untuk ini akan kita bahas lagi nanti.

• BERSYUKUR: begitu kita yakin bahwa do’a kita itu sudah dikabulkan oleh Allah, SEGERALAH bersyukur kepada-Nya saat itu juga. Ungkapkanlah rasa syukur itu tidak hanya dalam bentuk ucapan lisan kita saja, tapi juga dalam bentuk kegiatan memberi kepada seseorang atau organisasi yang sedang membutuhkan bantuan kita. Karena memberi adalah bentuk rasa syukur yang paling tinggi. Karena sebenarnya kita diutus oleh Allah untuk turun kedua ini adalah untuk memberi kepada orang lain, bukan hanya untuk diri kita. Masalah memberi ini akan dibahas pula dilain waktu.

• MENERIMA: Setelah kita yakin bahwa apa yang kita do’akan itu dikabulkan oleh Allah, bentuk rasa syukur yang lainnya adalah menyiapkan diri kita untuk menerima pengkabulan do’a kita itu. Dalam proses menerima ini ada rasa senang, rasa bahagia, rasa ringan. Setiap kita memandang kembali detail rencana kita itu, rasa bahagia itu terus mengalir. Wajah kita akan cerah. Orang-orang akan senang melihat wajah kita, bergaul dengan kita, dan bekerjasama dengan kita. Kalau sudah begini, maka kita tinggal Iqra saja lagi. Karena aktifitas berikutnya adalah Aktivitas Allah.

• IQRA’: MEMBACA dan MELAKSANA. Selanjutanya Allah punya Mekanisme Sendiri dalam mengabulkan do’a kita itu. Kita tinggal membaca PIKIRAN TUHAN (MAKAR TUHAN). Untuk pengkabulan do’a kita itu Dia akan buatkan: Keadaan-keadaan (Hal), Orang-Orang, Situasi-Situasi, Peristiwa-Peristiwa, Kesempatan-Kesempatan secara silih berganti. Nah tugas kita selanjutnya hanyalah menyesuaikan tindakan kita dengan Pikiran Tuhan itu.

Ya…, Tuhanlah yang SIBUK mengabulkan do’a kita itu. Karena memang Dialah Sang Pengabul Do’a. Kita hanyalah masuk dan bergerak dari satu keadaan kekeadaan lain, dari satu orang ke orang yang lain, dari suatu situasi, peristiwa, dan kesempatan ke situasi, peristiwa, dan kesempatan yang lainnya. Kita jalani saja semua Pikiran Tuhan itu dengan rasa gembira dan rasa terima kasih kita kepada-Nya. Sampai pada saat yang tepat menurut Pikiran Allah, AHA…, tiba-tiba saja Do’a kita itupun sudah berwujud di depan kita. Setelah itu terserah kita saja, mau kita isi muatan do’a kita itu dengan hal yang baik atapun yang buruk, terserah kita saja. Nanti toh kita sendiri juga yang akan menuai hasilnya, baik ataupun buruk… Selamat mencoba…

Setelah itu apa…?.
Jadi kalau hanya sampai pada pengkabulan do’a seperti yang selalu diinformasikan sedemikian banyak orang dalam mempromosikan LOA yang sangat booming dipenjuru dunia saat ini, maka semua itu hanyalah sebuah keniscayaan saja. Ya…, itu adalah hal yang lumrah saja. Karena LOA itu memang sedang mencoba bermain diwilayah ke MahaRahmanan dan MahaRahiman Allah yang menjangkau seluruh alam semesta berserta segala isinya. Dan media yang dilalui untuk proses LOA itu adalah Wilayah GETARAN…

Saya jadi ingat pada pesan Pak Haji Slamet Utomo beberapa tahun yang lalu, saat saya dengan beberapa orang teman sedang di gembleng oleh Beliau di kegelapan malam Bumi perkemahan Cibubur. Ditengah-tengah latihan, beliau berhenti sebentar dan mengumpulkan kami.

“Apa kalian kira orang spiritual itu tidak bisa apa-apa?”, kata Beliau membuka obrolan.
“Maksud Pak Haji bagaimana??”, kata salah seorang dari kami untuk minta penjelasan.
“Patrap Satu itu adalah wilayah kesaktian, wilayah permintaan, wilayah pengkabulan do’a, wilayah keramaian manusia. Kalian minta apapun, pasti akan dijawab oleh Allah, pasti akan dikabulkan oleh Allah. Saya selama ini tidak membiarkan kalian berhenti diwilayah ini, karena saya khawatir kalian akan terlena diwilayah ini. Saya tidak ingin kalian akan dibuat sibuk oleh wilayah keramaian ini. Karena memang wilayah keramaian ini sangatlah mengasyikkan dan memabokkan. Selama ini dengan bersusah payah kalian saya ajak melewati wilayah Patrap Satu itu, masuk ke wilayah Patrap Kedua (Wilayah Pengembalian), dan bahkan sudah berkali-kali pula kalian kuajak duduk bersama-sama di wilayah Patrap Ketiga (Wilayah Berserah Mengikuti Dzat)”, kata beliau sambil berhenti sejenak.

“ ___”, kami hanya diam dan hening saja menunggu wejangan Beliau selanjutnya…

“Saya sudah mengenalkan Allah kepada kalian sampai “Ntek”. Sehingga kalian sekarang sudah tahu rumahmu yang sebenarnya, yaitu Disisi Allah. Saya menjadi lega sekarang, karena tugas saya sudah selesai”, kata Beliau lirih.

Tiba-tiba saja rasa haru yang sangat pekat menyelimuti dada saya, menyelimuti mata saya, menyelimuti pikiran saya. Sepatah kata yang menggema di hati saya waktu itu hanyalah satu, yaitu ALLAH…!, yang gemanya begitu dahsyat memenuhi rongga alam semesta yang lengang dan hening.
Beberapa lama berselang, Beliau melanjutkan kembali obrolan Beliau dengan kami.
“Nah…, sekarang kalian cobalah menyampaikan kehendak kalian. Pak Yusdeka coba minta kepada Allah pakerti Gubernur Jendral Deandles”, pinta Beliau
Tidak berapa lama kemudian lidah saya seperti bisa mengucapkan beberapa kalimat berbahasa Belanda yang tidak saya mengerti. Tapi saya tetap sadar.
“Sudah”, kata beliau lembut beberapa saat kemudian.
Dan anehnya semua itu bisa saya hentikan seketika tanpa ada kesulitan sedikitpun.
“Bagi yang lain, coba kalian minta kepada Allah pakerti si A, si B, dan seterusnya”, minta Beliau kepada beberapa orang teman saya yang lain yang hadir saat itu. Lalu ramailah bumi perkemahan Cibubur ketika itu untuk beberapa saat.
Berhubung waktu itu akan ada pemilu untuk pemilihan Presiden, saat itu masih ada nama Amin Rais dan sebagainya (sebelum Pemilu Tahap 1), Beliau minta kepada kami agar kami minta ditunjukkan oleh Allah siapa yang akan jadi Presiden yang akan datang.
“Ayo kalian minta diberitahu oleh Allah siapa yang akan menang dalam Pemilu Presiden yang akan datang” kata Beliau sambil tersenyum.
Lalu ada yang melihat Amin Rais mendahului calon-calon yang lain seperti dalam sebuah perlombaan. Lalu Amin Rais seperti didahului oleh Megawati. Dan SBY menguntit di belakang dengan ketat.
“Teruskan pengamatanmu”, kata pak Haji…
Sampai beberapa lama kemudian ada diantara kami yang nyletuk: “SBY pak Haji…”
Mendengar itu, Beliau hanya berguman dan berkata, “ya itu…”. Dan sejarahpun berbicara bahwa memang SBY lah yang naik menjadi Presiden RI sampai sekarang.
Lalu malam itu kami lewati dengan berbagai wejangan Beliau lainnya yang sangat bermanfaat.
“Sekali-sekali kalian sekarang boleh turun dan bermain-main dengan berbagai fenomena menarik diwilayah Patrap Satu itu. Itu gunanya sebagai pembuktian buat kalian bahwa kalian itu punya Tuhan yang sangat penyayang kepada kalian, tapi tetaplah ingat bahwa rumahmu bukan disitu. Rumahmu yang sebenarnya adalah diwilayah keberserahan kepada Kehendak Dzat”, kata Beliau menutup wejangan Beliau dimalam itu…

Jadi Bagaimana…?
Ya ndak gimana-gimana. LOA itu ternyata memang hanyalah secuil dari cara Allah dalam mengenalkan Diri-Nya kepada umat manusia agar manusia itu sendiri mau menyembah-Nya. Dan LOA itu sendiripun sudah berumur sangat tua sekali. Bahkan Iblispun ternyata sudah memakainya untuk mendapatkan kekuatannya agar dia tetap bisa sombong dan angkuh kepada Adam dan keturunannya.
Bagi yang sudah mendalami dan melatih Patrap, maka nenurut pemahaman saya, LOA itu masih bermain diwilayah Patrap Satu dibagian-bagian awalnya, karena kalau Wilayah Patrap Satu itu dijalani secara keseluruhan, pastilah akan mendudukan kita ke suasana yang lebih dari hanya sekedar pengkabulan-pengakabulan seperti itu. Karena memang sudah seharusnyalah pada setiap pengkabulan atas apa-apa yang kita inginkan itu akan menyeret kita untuk menyungkur rukuk dan sujud kepada Allah Sang Pengabul Permintaan.


Wilayah Patrap Satu ini akan:

Menghasilkan rasa mencintai Allah,
Menghasilkan rasa ikut (melok) Allah, berserah atas kehendak Allah
Memuji, bertasbih, mengagungkan Allah (muncul sendiri dari dalam jiwa)
Mengembalikan “wujud” diri kepada Allah, berserah diri…

Diujung wilayah Patrap Satu ini secara mengejutkan kita akan masuk ke wilayah Patrap Kedua. Wilayah dimana kita akan dibawa kesuasana kesadaran:

Memuja Allah:
Ya Allah, Engkau yang memiliki segala sesuatu, Engkau yang menguasai sesuatu. Kekuatan, keperkasaan, kekuasaan-Mu melebihi jagad raya. Ya Allah wujudku bentuk Qudrat-Mu, bentuk kekuasaan-Mu Yang Dahsyat

Kesadaran Roh:
Ya Allah rohku adalah Min-Ruhi, milik-Mu, berasal dari-Mu, atas kehendak-Mu kembali kepada Engkau ya Allah, dengan pertanda nafasku, masuk dan keluarnya nafasku karena Engkau, yang menyebabkan badanku hidup dan bergerak.

Timbul kesadaran rohani:
Penglihatan kembali kepada Allah, kekuasaan kembali kepada Allah, kekuatan kembali kepada Allah, kepandaian kembali kepada Allah, semua yang ada dalam diri kembali kepada Allah

(Pandanglah jagad raya sebagai tanda kekuasaan Allah, jangan pandang batinmu – dirimu).
Rohku adalah dari Allah, milik Engkau Ya Allah, Atas kehendak Engkau Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun
Qodrat Allah menghadap Allah
Min-Ruhi menghadap Allah
Rasa Ingat menghadap Allah

Dan diujung Patrap Kedua ini kita akan ditarik untuk masuk ke wilayah Patrap Ketiga:

Kesadaran Universal:
Menyadari (Ihsan) bahwa Dia Maha Meliputi Segala Sesuatu. Wujud kita bergantung dan diliputi oleh gerak yang tidak bisa kita tahan, bermula dari kecil menjadi besar, tua lalu mati. Juga terhadap tanaman pisang, bumi, matagari, alam semesta berada dalam SATU gerak yang Hidup

Kesadaran Aku:
Semua wajah, penglihatan kembalikan,
Yang melihat, mendengar adalah yang bergerak itu
Hilangkan diri kita
Yang bergerak itu hidup yang sejati
Hidup itu sifat Allah
Hidup itu punya kehendak
Hidup itu punya kemauan
Hidup itu punya diri
Yaitu AKU
Bersabda melakukan sesuatu melalui AKUNYA
AKU yang Tahu
Yang Maha Mengetahui (rahasia)
Maka sembahlah diri-Nya dengan kesempurnaan-Nya
Inna shalati wanusuki wamahyaaya wamamati lillahi rabbul ‘alamin;
Berserah mengikuti kemauan Zat:
Pandanglah jagad raya sebagai tanda kekuasaan Allah, jangan pandang batinmu – dirimu.
Pandanglah alam semesta,
perhatikan yang menggerakkan alam semesta itu

Wajahmu kembalikan kepada Yang Satu (Esa)
Letakkan pada Yang Meliputi.


Penutup

Semua kalimat-kalimat dalam uraian patrap satu sampai ketiga diatas tidak akan pernah bisa mewakili keadaan yang sebenarnya. Karena Patrap Kesatu sampai Ketiga itu adalah sebuah laku, sebuah praktek yang hanya bisa dipahami melalui praktek langsung. Bagi yang tidak punya kesempatan untuk melakukannya, maka paling tidak lakukan sajalah praktek seperti yang sudah diajarkan oleh Ustad Abu Sangkan dalam buku Beliau “Pelatihan Shalat Khusyu…”, dan pelatihan-pelatihan yang telah Beliau kembangkan melalui Pelatihan umum diberbagai daerah dan juga melalui beberapa kali TOT di Jakarta…
Sebagai penutup, pada sekitar bulan April 2007 yang lalu saya mengunjungi Pak Haji Slamet Utomo di Banyuwangi dan mendapatkan sebuah wejangan Posisi Patrap Ketiga sbb:

SANG ADA

Kuperhatikan Sang Ada, yang ada kosong
Cahaya terang yang hidup, Sang Maha Tahu
“SANG AKU”

Awal kejadian
Dari satu berkaitan satu
SANG AKU amat sibuk
Mengatur Semesta, mengatur semua Makhluk

Uraikan, lepaskan
Aku berselimut cinta, berselimut ilmu
Gapailah ilmu sampai Ma’rifat
Tapi tinggalkan
Masuklah kepintu SANG AKU yang sibuk
Ma’rifat bukan Tuhan

Letakkan dalam SANG MUHITH
Itu bukan sifat, tapi Dzat Sang Penghidupan
Aku Pepadang
Sang Maha Tahu “AINILLAHA”, Alif Lam Mim
Yang punya sir
Yang punya kehendak Sang Ahad
Sang Penggerak tumbuh hidup

Aku tak mau Merampas kehidupan-NYA
Biarlah aku berserah untuk tiada
Berada dalam diam dalam tiada
Diam…., diam….., diam….

Banyuwangi, 27 April 2003

H. SLAMET OETOMO



Wassalam
Deka

0 komentar:

Posting Komentar